Saudaraku,
pernahkah engkau merasa gundah dan galau? Mengapa engkau serasa menderita
dengan kegundahan atau dengan kegalauanmu itu? Apakah masalahmu yang
menyebabkan itu semua? Ataukah ada hal lain?
Jawabannya,
tentu bukan karena masalahmu yang besar, melainkan hatimu yang tak lapang
sehingga tak bisa menerima masalah sekecil apapun. Padahal, masalah besar
sekalipun akan terasa ringan dan kecil tatkala kita menghadapinya dengan hati
yang lapang.
Ada
sebuah kisah di sebuah pedalaman nan jauh disana. Pada suatu hari, ada seorang
anak muda yang datang kepada seorang kakek tua yang bijak. Dia datang kepada
kakek tua itu dengan wajah muram, tampak tak berbahagia dengan keadaannya
sekarang. Sangat jelas raut mukanya mencerminkan bahwa dia sedang di rundung
masalah.
Tatkala
dia sampai di rumah kakek tua itu, masuklah ia dan mendapati kakek tua itu
sedang duduk dengan manisnya sambil tersenyum kepada pemuda itu. Sang pemuda
kemudian menceritakan masalah yang membuatnya terlihat lemah tak berdaya
seperti itu. Kakek tua pun mengerti dengan jelas apa yang dialami sang pemuda,
hingga ia pergi ke dapur untuk mengambil segelas air putih dan segenggam garam.
Ditaburkannya garam itu ke dalam gelas yang berisi air putih. Kemudian si kakek
tua itu bicara “Minumlah wahai anak muda!”, kemudian pemuda itu meminumnya.
Dengan segera dia memuntahkannya kembali, kemudian si kakek tua bertanya
kenapa. “Rasanya tidak enak, asin, bahkan terasa pahit!” tegas si pemuda itu.
Si
kakek tua hanya tersenyum dan mengajak pemuda itu untuk mengikutinya keluar.
Kakek tua itu mengajak ia ke sebuah telaga yang tenang. Sesampainya disana,
kakek tua itu kembali menaburkan segenggam garam ke telaga itu dan kembali
menyuruh pemuuda itu untuk meminum air dari telaga itu.
“Coba
minum seteguk air dari telaga ini kemudian ceritakan rasanya”. Sang pemuda
melakukan apa yang kakek tua itu suruh, kemudian dia angkat bicara, “Rasanya
segar, tak terasa garam dan pahit samasekali”. Dengan senyum yang berkharisma,
sang kakek menjelaskan kepada si pemuda itu sambil menepuk pundaknya.
“Wahai
anak muda! Sesungguhnya asin dan pahitnya hidupmu bagai segenggam garam yang
aku bawa, tak lebih dan tak kurang. Tapi keasinan dan kepahitan yang engkau
rasakan tergantung dari wadah yang kau tuangi. Jika wadah yang dituangi sebesar
gelas, maka rasa asin dan pahit garam itu akan terasa sangat kuat, tetapi jika
wadah yang dituangi seluas telaga ini, maka tak terasa sedikitpun asin dan
pahit, bahkan terasa air yang segar. Begitupun dengan masalahmu, jika masalahmu
di tempatkan pada hati yang sempit, maka rasa pahit masalah akan kamu rasakan
dengan sangat menyiksa, tetapi apabila masalahmu engkau tempakan pada hati yang
lapang, bukannya siksaan dan kepahitan yang kau dapatkan, tetapi rasa bersyukur
yang menenangkan hati.”
Jadi
saudaraku, jangan berpikir bahwa kita tersiksa karena masalah kita yang
menumpuk. Padahal sulitnya hidup kita bukan tergantung dari masalah yang kita
hadapi, tetapi dari seberapa lapangkah hati kita untuk menerima masalah itu
datang.
0 komentar:
Posting Komentar