Image and video hosting by TinyPic
Home » » Melapangkan Hati

Melapangkan Hati

Saudaraku, pernahkah engkau merasa gundah dan galau? Mengapa engkau serasa menderita dengan kegundahan atau dengan kegalauanmu itu? Apakah masalahmu yang menyebabkan itu semua? Ataukah ada hal lain?

Jawabannya, tentu bukan karena masalahmu yang besar, melainkan hatimu yang tak lapang sehingga tak bisa menerima masalah sekecil apapun. Padahal, masalah besar sekalipun akan terasa ringan dan kecil tatkala kita menghadapinya dengan hati yang lapang.

Ada sebuah kisah di sebuah pedalaman nan jauh disana. Pada suatu hari, ada seorang anak muda yang datang kepada seorang kakek tua yang bijak. Dia datang kepada kakek tua itu dengan wajah muram, tampak tak berbahagia dengan keadaannya sekarang. Sangat jelas raut mukanya mencerminkan bahwa dia sedang di rundung masalah.

Tatkala dia sampai di rumah kakek tua itu, masuklah ia dan mendapati kakek tua itu sedang duduk dengan manisnya sambil tersenyum kepada pemuda itu. Sang pemuda kemudian menceritakan masalah yang membuatnya terlihat lemah tak berdaya seperti itu. Kakek tua pun mengerti dengan jelas apa yang dialami sang pemuda, hingga ia pergi ke dapur untuk mengambil segelas air putih dan segenggam garam. Ditaburkannya garam itu ke dalam gelas yang berisi air putih. Kemudian si kakek tua itu bicara “Minumlah wahai anak muda!”, kemudian pemuda itu meminumnya. Dengan segera dia memuntahkannya kembali, kemudian si kakek tua bertanya kenapa. “Rasanya tidak enak, asin, bahkan terasa pahit!” tegas si pemuda itu.

Si kakek tua hanya tersenyum dan mengajak pemuda itu untuk mengikutinya keluar. Kakek tua itu mengajak ia ke sebuah telaga yang tenang. Sesampainya disana, kakek tua itu kembali menaburkan segenggam garam ke telaga itu dan kembali menyuruh pemuuda itu untuk meminum air dari telaga itu.

“Coba minum seteguk air dari telaga ini kemudian ceritakan rasanya”. Sang pemuda melakukan apa yang kakek tua itu suruh, kemudian dia angkat bicara, “Rasanya segar, tak terasa garam dan pahit samasekali”. Dengan senyum yang berkharisma, sang kakek menjelaskan kepada si pemuda itu sambil menepuk pundaknya.

“Wahai anak muda! Sesungguhnya asin dan pahitnya hidupmu bagai segenggam garam yang aku bawa, tak lebih dan tak kurang. Tapi keasinan dan kepahitan yang engkau rasakan tergantung dari wadah yang kau tuangi. Jika wadah yang dituangi sebesar gelas, maka rasa asin dan pahit garam itu akan terasa sangat kuat, tetapi jika wadah yang dituangi seluas telaga ini, maka tak terasa sedikitpun asin dan pahit, bahkan terasa air yang segar. Begitupun dengan masalahmu, jika masalahmu di tempatkan pada hati yang sempit, maka rasa pahit masalah akan kamu rasakan dengan sangat menyiksa, tetapi apabila masalahmu engkau tempakan pada hati yang lapang, bukannya siksaan dan kepahitan yang kau dapatkan, tetapi rasa bersyukur yang menenangkan hati.”


Jadi saudaraku, jangan berpikir bahwa kita tersiksa karena masalah kita yang menumpuk. Padahal sulitnya hidup kita bukan tergantung dari masalah yang kita hadapi, tetapi dari seberapa lapangkah hati kita untuk menerima masalah itu datang.

0 komentar:

Posting Komentar

BKI - A 2014

BKI - A 2014

Postingan Populer

Image and video hosting by TinyPic